MEMPERKAYA MANHAJ DAN CORAK PENAFSIRAN DARI NEGERI JIRAN

Pada selasa 12 Oktober 2021 lalu, Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qurán dan Sains Al-Ishlah (STIQSI Lamongan) mengadakan kegiatan pertama dengan Lestari Hikmah (LH) Malaysia sekaligus juga dengan pusat kajian Melayu Universitas Nasional Singapura yaitu seminar internasional terkait manhaj dan corak tafsir kaum modernis.

Tujuan diadakannya seminar tersebut adalah agar para peserta khususnya mahasiswa STIQSI dapat memperkaya keilmuan tafsir terkait manhaj dan corak penafsiran yang berkembang di Indonesia, Malaysia dan Singapura. Pada kesempatan tersebut, pembicara pertama dibawakan oleh Mohd. Rashidi selaku presiden Lestari Hikmah Malaysia, pembicara selanjutnya ialah Dr. Azhar Ibrahim Alwee dari pusat kajian Melayu Universitas Nasional Singapura, pemateri terakhir dari STIQSI yakni Piet Hizbullah Khaidir selaku ketua STIQSI sekaligus mewakili penyampaian materi terkait penafsiran yang berkembang di Indonesia.

Seminar tersebut diadakan melalui aplikasi zoom karena faktor jarak yang cukup jauh, sehingga Sebagian peserta selain mahasiswa STIQSI dapat bergabung dengan kegiatan tersebut melalui link zoom yang telah dishare oleh panitia. Keterbatasan tersebut tidak menghalangi diadakannya kegiatan seminar, dan alhamdulillah seminar berjalan dengan baik dan lancar dilihat dari peserta yang antusias bertanya di akhir acara.

            Layaknya seminar pada umumnya, acara tersebut dipimpin oleh Rosydina Robiáqolbi (Dosen STIQSI) sebagai moderator, dilanjut pembacaan ayat suci Al-Qurán oleh Muhammad Dzikrul Saifuddin (Mahasiswa STIQSI) dan disambut oleh ketua dewan Pembina STIQSI yaitu K.H Muhammad Dawam Saleh. Kemudian acara seminar berjalan sesuai rundown acara yang telah ditetapkan sebelumnya.

            Masing-masing dari para pembicara membawakan tema yang menarik untuk disimak, diantaranya Mohd. Rashidi dengan tema “Wawasan Al-Qur’an di Malaysia”, kemudian Dr. Azhar Alwee dengan temanya “Pemikiran Islam Modernis di Singapura; Perkembangan dan Tantangan”, dan terakhir Piet Hizbullah Khaidir dengan temanya “Corak dan Manhaj tafsir Kaum Modernis di Indonesia”. Banyak hal baru terkait isu-isu yang menjadi persoalan di Malaysia salah satunya seperti buchailisme (penganut paham Bucaille yang melakukan pendekatan ulang antara al-Qur’an dan ilmu pengetahuan), hal lainnya adalah perkembangan beserta tantangan islam modernis di Singapura yang ditakutkan mengalami stagnansi atau justru kemunduran, dan yang terakhir adalah perihal corak dan manhaj penafsiran di Barat yang dikembangkan oleh kaum modernis di Indonesia.

            Hasil yang didapat dari seminar internasional tersebut adalah wawasan luas terkait perkembangan penafsiran dari beberapa negara tetangga, sejarah serta penafsir yang sejauh ini berpengaruh dalam perkembangan tafsir di negara-negara tersebut, serta berbagai macam manhaj dan corak tafsir kaum modernis yang dewasa ini menjadi perbincangan yang hangat.

Reporter: Nur Islamiyah