Erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur telah menimbulkan banyak kerugian dan korban jiwa, sehingga tidak sedikit masyarakat Indonesia yang turut bersimpati terhadap peristiwa yang terjadi pada tanggal 4 Desember 2021 tersebut. Tidak terkecuali dengan warga Pondok Pesantren Al-Ishlah, salah satunya adalah para mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan Sains Al-Ishlah (STIQSI).
Di bawah tanggung jawab BEM STIQSI bagian eksternal, mahasiswa STIQSI sepakat untuk mengadakan open donation. Pengadaan donasi yang diberi nama “Mari Peduli Bencana Erupsi Gunung Semeru Malang-Lumajang, Jatim” ini berlangsung pada 8-14 Desember 2021. Bekerja sama dengan BEM bagian jurnalistik, BEM bagian eksternal mengumumkan pengadaan donasi ini melalui pamflet yang telah disebar ke beberapa platform media sosial resmi STIQSI.
Selain mahasiswa, para dosen juga turut berdonasi yang kemudian hasil donasi tersebut akan digabung menjadi satu dengan hasil donasi dari BESMA (Badan Eksekutif Siswa Madrasah Aliyah Al-Ishlah) dan seluruh santri Al-Ishlah. Selain itu, donasi juga diperoleh dari asatidz dan ustadzat MA Al-Ishlah maupun SMP Muhammadiyah 12 Paciran.
Selain warga Al-Ishlah, ada beberapa masyarakat yang ikut berdonasi untuk erupsi Gunung Semeru. Kebanyakan dari mereka adalah para wali santri, teman-teman dari mahasiswa STIQSI, atau yang masih memiliki hubungan kerabat dengan warga Al-Ishlah. Donasi disalurkan melalui rekening Bank Jatim atas nama STIQSI AL-Ishlah yang juga telah dicantumkan dalam pamflet.
Selanjutnya hasil donasi tersebut disalurkan melalui lembaga LAZISMU dengan perantara dr. Rosyidina Robi’a Qolbi. Sebenarnya, ada keinginan dari mahasiswa STIQSI untuk menyalurkan langsung donasi tersebut ke lokasi pengungsian erupsi Gunung Semeru. Namun setelah mendiskusikannya dengan asatidz, ada beberapa kendala yang dirasa cukup sulit untuk dilakukan. Di antaranya adalah titik akhir tujuan yang kurang jelas. Selain itu, mengingat keadaan yang masih berada dalam masa pandemi Covid-19, tidak semua orang dapat mengunjungi lokasi dengan mudah.
Kendala lainnya adalah informasi yang kurang menyeluruh sehingga beberapa tidak mengetahui terkait pengadaan dana ini, meskipun pengadaan dana telah dilakukan sebanyak dua kali. Hal ini dikarenakan beberapa informasi hanya disampaikan dalam bentuk pesan. Aida Ayu Lestari, salah satu anggota BEM bagian eksternal memberikan saran bahwa jika dilakukan pengadaan donasi kembali di masa yang akan datang, akan lebih baik jika informasi disampaikan secara langsung kepada objek sasaran.
“Meskipun jumlah nominal yang kita salurkan ke mereka tidak besar, tetapi paling tidak bisa untuk beli mi instan,” ungkapnya kemudian, lantas tertawa. Ia juga memaparkan bahwa yang terpenting dalam kegiatan ini adalah mencoba untuk turut berpartisipasi dan menumbuhkan kesadaran serta rasa empati bahwa masih banyak orang di luar sana yang membutuhkan bantuan dari kita. (Thahirah)