Hijrahnya ustadz Labib Sholahuddin ke Papua merupakan hal yang belum pernah ia pikirkan sebelumnya. Bahkan persiapan dan pertimbangannya hanya butuh waktu satu bulan saja untuk meyakinkan dirinya atas tawaran mengabdi di Timika, Papua. Ada beberapa alasan beliau menerima tawaran untuk pergi ke Papua, salah satunya adalah ingin mengimplementasikan nilai-nilai traveling dalam al-Qur’an.
Ustadz Labib ingin mengimplementasikan nilai-nilai traveling di dalam al-Qur’an yang disebutkan dengan redaksi sāra-yasīru yang artinya bepergian. Karena jika mengacu pada ayat-ayat al-Qur’an, kata tersebut tidak hanya bermakna sebatas bepergian hanya untuk kesenangan semata, namun juga memiliki nilai-nilai yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Alasan beliau ingin mengimplementasikan nilai-nilai traveling dalam al-Qur’an karena beliau tidak ingin kajian skripsinya hanya berhenti secara teori saja, namun beliau juga ingin mengimplementasikannya di kehidupan nyata. Beberapa nilai yang beliau jadikan sebagai pedoman ketika bepergian adalah kesiapan mental, uang dan tentunya persetujuan dari pihak keluarga.
Selain itu, untuk mengaplikasikan nilai-nilai traveling, beliau juga ingin mengenalkan Timika kepada masyarakat luas melalui media. “Selama ini Timika tidak begitu dikenal oleh masyarakat, sehingga saya ingin mengenalkan Timika kepada masyarakat melalui media tulisan” Ujar alumni STIQSI tersebut ketika diwawancarai oleh salah satu anggota ishlah media.
Beliau terinspirasi dari serial anime One Piece tentang Negri Wano yang awalnya tertutup, kemudian dapat menjadi negri yang terbuka dan dikenal oleh dunia. Begitu juga Timika yang sekarang tidak begitu dikenal oleh masyarakat luas. Ustadz Labib berharap semoga tempat tersebut menjadi tempat yang dikenal luas oleh masyarakat.
Reporter : Faiq El Meida
Editor : Azka Ziadah