Artikel

Menyucikan hati dan jiwa di bulan Ramadhan

     

Penulis: Aida Ayu Lestari

     Seseorang yang berpuasa ialah mereka yang memiliki jiwa yang kuat. Puasa merupakan sebuah momentum untuk melahirkan mental yang sehat, jiwa yang kuat, dan hati yang taat. Melalui puasa kita sebagai umat muslim diubah dari sikap lalai menuju kehati-hatian, puasa mengajarkan kepada kita tentang kesederhanaan dan kerendahan hati. Rasa lapar saat berpuasa dapat membersihkan hati dari sifat tamak, rakus, riya, dan sombong.

          Hujjatul Islam Imam Al- ghazali pernah mengatakan bahwa: “perasaan lapar dan haus yang dialami oleh orang yang berpuasa adalah jalan untuk mencapai martabat takwa, mampu membershkan hati dari noda dan bintik hitam yang timbul akibat pengaruh nafsu”. Hakikat puasa adalah membiasakan jiwa yang bersih dari nafsu, sekaligus sebagai sarana pembersihan jiwa atau yang biasa disebut dengan tazkiyatun nafs. Secara umum tazkiyatun nafs diimplementasikan dengan cara membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela dan membuang semua jenis penyakit hati yang pada akhirnya berujung pada usaha untuk menghias diri dengan sifat-sifat terpuji. 

           Dalam ilmu tasawuf ada 3 metode untuk melaksanakan tazkiyatun nafs, yaitu metode takhalli, metode tahalli, dan metode tajalli

  1. Takhalli yaitu membersihkan diri dari sikap dan sifat yang mengikuti dorongan nafsu yang membawa kepada dosa atau dalam makna lainnya takhalli berarti membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, seperti: rasa hasad, ujub, sombong, riya, su’udzon, gadzab, dan sifat-sifat tercela lainnya.
  2. Tahalli yaitu membersihkan kembali jiwa yang bersih dengan sifat-sifat terpuji, kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik ditinggalkan dan diganti dengan kebiasaan yang lebih baik melalui latihan-latihan yang berkesinambungan hingga melahirkan akhlakul karimah. Sehingga dapat dipahami bahwa tahalli merupakan sikap membekali diri dengan perbuatan positif seperti: sabar, ikhlas, husnudzan, istiqamah dalam kebaikan seperti menuntut ilmu, meningkatkan takwa, berdzikir, memperbanyak do’a, tilawah, dan tadabbur al-Qur’an.
  3. Tajalli, setelah serangkaian takhalli dan tahalli sudah kita lakukan dengan sungguh-sungguh diharapkan hati dan jiwa manusia dapat terhindar dari perbuatan keji. Tajalli merupakan kondisi dimana tersingkapnya tabir antara manusia dengan Allah swt. Jika manusia sudah pada tahapan ketiga ini maka seluruh amal perbuatannya semata-mata hanya karena kecintaannya kepada Allah swt.

         Wal akhir, khususnya dalam momentum puasa ini mari kita lebih berhati-hati dalam mengolah hati dan jiwa kita. Menjauhkan hati dari perasaan suudzan, hasad, gadzab, ujub, sombong, dsb dan hendaklah membiasakannya dengan perasaan yang husnudzan, qanaah, ikhlas, tawadhu. Sehingga dengan begitu atas izin Allah swt hati kita akan lebih tenang. Kita akan lebih bahagia dalam menjalani kehidupan baik dalam momentum ramadhan ini maupun kehidupan mendatang. Wallaahu a’lam.

Editor: Nur Halizatul Magfiroh

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
4.6/5

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru