Apakah benar masyarakat Indonesia minat bacanya serendah itu? Bahkan dilihat lagi dari peringkat keilmuan dan bacaan, Indonesia berada di peringkat kedua dari belakang yakni peringkat 60 dari 61 negara yang telah disurvei.
“Tak kenal maka tak akrab” kalimat singkat yang diawali oleh Dr. Drs. Tjahjo Suprajogo M.Si., Wakil Direktur IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negri) sebagai narasumber dalam acara Seminar Literasi yang diadakan di aula Ponpes al-Ishlah Sendangagung Paciran Lamongan, beliau memperkenalkan diri sebagai kak Tjahjo supaya terlihat akrab dengan audiens yang kebanyakan umurnya sepantaran dengan anak beliau. Meski ada beberapa tamu undangan dosen dan ustadz-ustadzah guru Ponpes Al-Ishlah.
Seminar ini dimulai pukul 14.00 siang pada hari Sabtu 12 Agustus 2023, dan bertepatan dengan hari kunjungan santri putra. Dikarenakan waktu yang terbatas, maka materi disampaikan oleh kak Tjahjo dengan singkat dan padat, namun tetap berisi serta pesan dan ilmunya tersampaikan dengan baik kepada audiens.
Kak Tjahjo memulai pembahasannya dengan memaparkan data dari UNESCO pada tahun 2013, bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 1 orang dalam 1000 orang, itu berarti hanya 0,001% masyarakat Indonesia yang gemar membaca. Data itu dibantahnya. Di samping karena datanya tidak terlacak secara official ke UNESCO, juga ada kesalahan dalam memaknai literasi. Jikapun dimaknai dengan membaca, maka masyarakat Indonesia tetap tidak bisa dikatakan sebagai bangsa pemalas.
Alumni S1 Universitas Brawijaya ini memberikan gambaran bahwa sebenarnya masyarakat Indonesia tidak benar-benar malas berliterasi. Contohnya ketika haji saja, banyak jama’ah yang memanfaatkan waktu luang untuk membaca kitab suci, setiap saat dan waktu. Selanjutnya, beliau menjelaskan makna literasi yang sesungguhnya adalah membaca apa saja, tidak harus teks panjang. Menerima informasi dengan membaca sekilas itu juga termasuk ke dalam bentuk praktik literasi yang masih pada level yang rendah.
Dalam proses membaca tidak masalah jikalau seseorang itu belum bisa memahami apa yang dibacanya dengan baik. Yang terpentingnya yaitu tetap terus membaca dan berusaha menambah ilmu.
Penjelasan kak Tjahjo ditutup dengan penjelasan tentang makna literasi. Makna literasi berasal dari kata latin literatus yang artinya (a learning person) atau seorang pembelajar, dan dari kata litera yang artinya huruf atau aksara, maka apa saja yang berkaitan dengan kegiatan membaca adalah termasuk ke dalam literasi.
Acara seminar ditutup dengan memberikan cindera mata penghargaan sertifikat pembicara bagi kak Tjahjo dan foto bersama para audiens. Semoga stiqsi bisa terus mengadakan seminar yang bagus dengan mengundang tokoh-tokoh hebat untuk memotivasi santri dan mahasiswa untuk terus belajar dan menuntut ilmu.
Reporter: Safira Akmalun Ni’mah
Editor: Nur Halizatul Magfiroh
Proofreader: phzdr