Artikel

Relevansi Konsep Memaafkan dalam Al-Qur’an dan Kesehatan Mental

‘Afwu : Istilah Maaf dalam Al-Qur’an

Istilah ‘afwu berasal dari kata ‘afa – ya’fu – ‘afwan yang berarti memaafkan. ‘Afwu banyak maknanya, di anataranya adalah : memaafkan dosa dan tidak menghukum; menghapus dan membinasakan serta mencabut akar sesuatu; dan berlapang dada dalam memberikan maaf kepada orang lain yang telah melakukan kesalahan, tanpa disertai rasa benci di hati.

 Memaafkan merupakan strategi yang dapat memelihara dan memulihkan hubungan antara manusia, menawarkan sebuah masa depan yang baru dan lebih baik, tidak kembali ke masa lalu, serta mencakup kesabaran tentang apa yang telah terjadi.

Tidak dikatakan sebagai sikap pemaaf apabila bersifat sementara dan lahiriah saja, sedangkan dalam hatinya masih menyimpan dendam bahkan merencanakan pembalasan terhadap seseorang yang melakukan kejahatan padanya di lain waktu.

Apa Itu Kesehatan Mental?

Kesehatan mental terdiri dari dua gabungan kata, yakni kesehatan dan mental. Jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kesehatan berarti : keadaan sehat; dan kebaikan keadaan. Sementara mental memiliki arti : bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga; dan batin dan watak.

Para ahli tentu memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai konsep kesehatan mental. Oleh karena itu, belum ada keputusan yang disepakati oleh para ahli mengenai batasan atau definisi kesehatan mental. Hal ini kemudian berdampak pada perbedaan implementasi dalam rangka mencapai dan mengusahakan kesehatan mental. Dampak lainnya, perbedaan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat memperkaya khazanah pengetahuan dan memperluas pandangan.

Salah satu ahli yang turut menyumbangkan gagasannya mengenai konsep kesehatan mental adalah Zakiah Daradjat, pakar psikologi Islam Indonesia. Beliau mengartikan kesehatan mental sebagai pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi, bakat, dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin. Kemudian, segala pengetahuan dan perbuatan yang dilakukan dapat membawa seseorang kepada kebahagiaan diri dan orang lain. Selain itu, akan memberikan dampak yang baik berupa terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit hati yang senantiasa ada.

Berkaitan dengan pendapat Zakiah Daradjat tersebut, orang bermental sehat ditandai dengan kemampuannya menyeseuaikan diri dengan lingkungan, terbuka dengan pengalaman dan gagasan baru, mempunyai tujuan hidup yang terarah dan jelas, serta melakukan kegiatan yang dikerjakannya sebaik yang ia bisa.

Relevansi Konsep Memaafkan dalam Al-Qur’an dan Kesehatan Mental

Pembahasan mengenai kesehatan mental akan saling berkaitan dengan persoalan mengenai tekanan-tekanan batin dan konflik-konflik pribadi. Kedua hal tersebut merupakan hal-hal yang mempengaruhi diri seseorang menjadi tidak tenang. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembalikan ketenangan dalam diri adalah memaafkan. Hal ini disebabkan oleh peran memaafkan terhadap pengobatan dan pencegahan timbulnya gangguan kejiawaan pada diri seseorang. Lebih lengkap penulis akan memaparkan relevansi konsep memaafkan dalam Al-Qur’an dan kesehatan mental.

Relevansi antara konsep memaafkan dalam Al-Qur’an dan kesehatan mental terwujud dalam ciri-ciri orang bermental sehat sebab memiliki sikap pemaaf. Ciri-cirinya sebagai berikut :

Terhindar dari Penyakit jiwa

Q.S 7:199

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ

Terjemah :Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.

Q.S 42:40

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ

Terjemah :Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim.

Berdasarkan QS. al-A’raf : 199, memaafkan dilakukan dengan tujuan menyelesaikan masalah. Sebab memaafkan dapat mengobati  serta menghapus luka dalam hati dan perasaan-perasaan yang mengganjal. Sementara itu, berdasarkan QS. al-Syura : 40, memaafkan dapat menghindarkan pelakunya dari sikap yang melampaui batas. Kemudian, memaafkan diharapkan mampu memunculkan sikap baik kepada orang yang menyakitinya.

Kemampuan Menyesuaikan Diri dengan Orang Lain

Q.S 2:263

۞ قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَآ اَذًى ۗ وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ

Terjemah :Perkataan yang baik dan pemberian maaf itu lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun.

Perkataan yang baik merupakan ucapan yang tidak menyakiti hati seseorang. Seperti yang tertera pada terjemahan ayatnya, bahwa sedekah yang diiringi dengan tindakan yang menyakiti tidaklah lebih baik dari perkataan yang baik dan pemberian maaf.

Mempunyai Kesanggupan Menghadapi Masalah

Q.S 24:22

وَلَا يَأْتَلِ اُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ اَنْ يُّؤْتُوْٓا اُولِى الْقُرْبٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَالْمُهٰجِرِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖوَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Terjemah :Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan (rezeki) di antara kamu bersumpah (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(-nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sikap pemaaf adalah sikap yang harus dimiliki oleh semua orang. Sebab dalam Al-Qur’an memaafkan bukan hanya diucapkan di lisan saja, tetapi harus disertai dengan lapang dada dan ikhlas.

(Revoluna Zyde Khaidir, Mahasiswa Semester 3)

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
4.6/5

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Related Article

fahmilqurán.id

fahmilquran.id | kanal integrasi al-qurán dan sains