Diseminasi Hasil Penelitian Juga Ajang Memperkuat Iman dan Amal

Pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan merupakan ujung tombak keberhasilan suatu peradaban, sehingga hasil-hasil penelitian perlu didiseminasikan untuk penerapan lebih lanjut oleh para dosen maupun mahasiswa. STIQSI Lamongan melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) telah melakukan diseminasi hasil penelitian sebagai bentuk tindak lanjut dari program kompetisi dana hibah penelitian dosen.

Menyadari bahwa kebutuhan menulis merupakan hal yang penting, para dosen bersama beberapa mahasiswa yang tergabung dalam program penelitian, berhasil merampungkan penelitian sekaligus menyampaikan hasil penelitian yang diperoleh. Sebanyak 5 dosen telah menyampaikan hasil penelitian dengan berbagai tema, seperti isu gender dan keadilan, integrasi al-Qur’an dan sains, juga pengembangan khazanah pesantren. Salah satunya seperti penitian yang diusung oleh Muhammad Arwani Rofi’i, Lc., M.Ag, beliau membahas terkait keikhlasan dalam mengabdi dengan spesifik tempat di Pondok Pesantren Al-Ishlah.

Mengingat STIQSI Lamongan berada di bawah naungan Yayasan Al-Ishlah, seluruh mahasiswa dapat belajar mengenai arti dan sikap ikhlas melalui pengabdian. Hal yang sama disampaikan oleh Dr. Piet Hizbullah Khaidir, S.Ag., M.A selaku ketua STIQSI dalam pembukaannya menyampaikan 3 tahapan untuk meningkatkan iman dan amal shaleh, yaitu niat, konsep dan konkret. Karena konstruk seseorang untuk menjadi insan yang kaamil  adalah dengan iman dan amal sholeh. Amal sholeh yang dimaksud adalah kerja-kerja konkret berupa menulis dan mengabdi serta berjuang di jalan Allah. Imbuhan dari beliau, bahwasanya kerja-kerja konkret yang utama adalah kerja yang ada di depan mata, yaitu gotong royong dan saling peduli terhadap sesama.

Pada hari Jum’at, tanggal 2 Juni 2023 kemarin, STIQSI bukan hanya saja mensukseskan program LPPM, akan tetapi juga menyadarkan kita kembali bahwasanya persoalan ikhlas dan ilmu tidak hanya sebatas teori. Mengutip dari bukunya Rusdi Mathari yang berjudul Merasa Pintar, Bodoh saja tak Punya, “Bagaimana kamu akan mengenal Allah, jika shalatmu baru sebatas gerakan lahiriah. Sedekahmu masih kautulis di pembukuan laba rugi kehidupan. Ilmumu kaugunakan untuk mencuri atau membunuh saudaramu. Kamu merasa pintar, padahal bodoh saja tak punya”.

Sebagai penutup acara, bu Fuji Lestari, S.Th.I., M.Ag selaku moderator menyampaikan sebuah kata-kata yang bagus, “Bahwasanya ilmu itu ada dua, yang didengar dan yang diserap, ilmu yang didengar tidak akan bermanfaat jika tidak diserap, dan ilmu yang diserap tidak akan bermanfaat jika tidak ditulis dan disampaikan”. Banyak hal telah disampaikan sehingga mahasiswa dapat belajar lebih, berpikir lebih dan juga bertindak lebih.