Setiap individu pasti kan melewati beberapa fase dalam hidup, dimulai dari dalam kandungan hingga menjadi lanjut usia. Tentunya dalam setiap fase akan terdapat permasalah-permasalah yang hadir dalam setiap individu. Namun ada beberapa individu yang tidak mampu merespon dengan baik terhadap permasalahan di kehidupannya, biasanya hal ini terjadi pada usia 20 tahun ketas, hal ini mengakibatkan gangguan psikologis sehingga mengalami terombang-ambing dalam ketidak pastian dan mengalami krisis emosi atau biasanya di sebut quarter-life crisis.
Dalam pandangan islam terdapat istilah “rijal” dan “ummah”. Rijal merupakan tahapan puncak kehidupan manusia dimana segala amal perbuatannya diperhitungkan, serta sifat utamanya ditentukan oleh drajat iman dan ibadahnya. Tahapan puncak ini ditandai dengan “aqil baligh” yang dimuali pada usia 12-15 tahun sampai syahsyun (sebelum masa tau). Begitupun pada perempuan juga terjadi hal yang sama. pada umumnya yang dilakukan individu pada tahapan ini adalah sekolah, kuliah kerja dan berkeluarga. Pada rentang inilah rawan terhadap permasalan quarter-life crisis.
Definisi Quarter-Life Crisis
Menurut Dr. Oliver Robinson dari University of Greenwich London quarter-life crisis merupakan perasaan muncul saat individu memasuki usia 18 hingga 29 tahun. Pada masa ini terdapat perasan khawatir terhadap kehidupan dimasa depan, terkait dengan karir, relasi, serta kehidupan sosial. Quarter-life merupakan respon terhadap ketidakstabilan yang meningkat, banyaknya menghadapi pilihan-pilihan yang ditandai dengan adanya perasaan cemas, tertekan dan perasan tidak berdaya.
Dalam penelitian Dr. Oliver Robinson, mengatakan bahwa ada empat fase dalam Qurater-Life Crisis. Fase peratama, ketika seseorang merasa terperangkap dalam suatu keadaan dan tidak bisa melakukan perubahan. Fase kedua, merupakan fase dimana kita mulai percaya bahwa kita bisa merubah keadaan. Dalam fase ini, biasanya kita mulai memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa kita lakukan. Fase selanjutnya, adalah tentang membangaun kembali kehidupan kita yang baru seperti yang sudah kita rencanakan di fase kedua. Fase yang terakhir, adalah fase saat kita mulai mempererat komitmen dari berbagai nilai, aspirasi, maupun ketertarikan yang sebelumnya sudah kita jalani.
Dengan tahapan-tahapan tersebut, maka sangat penting untuk mengetahui referensi mendasar yang mampu memandu kita dalam menghadapi permasalahan ini. Bukan berarti pada masa quarter-life crisis ini umur kita menjadi sangat hina, karena tidak mampu menguasai diri, namun semua umur yang kita lalui adalah berkah, maka kita harus menjalani semuanya dengan rasa ridho dan syukur kepada sang ilahi, disitulah letak kebahagiaan dan kedamaian sejati dalam hidup. Serumit apapun masalah yang kita hadapi, nyatanya setiap individu pasti akan merasakan kekecewaan, sakit hati, dihina untuk menggapai masa depan yang indah. Yakinlah pertolongan Allah sangatlah dekat, seperti dalam penggalan surat al-Baqarah ayat 214 yang berbunyi:
مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Artinya: mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang beriman bersamanya berkata, “kapankah datang pertolongan Allah?” ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. (QS. Al-Baqarah:214).
Dampak dari Quarter-life Crisis
Orang yang mengidap QLC biasanya lebih cepat resah, gelisah, atau bahasa kerennya galau. Beberapa aspek yang paling mereka permasalahkan biasanya tidak jauh-jauh dari beberapa hal (Mantra Kehidupan, 2017, 96-97) sebagai berikut:
- Tidak yakin dengan jalan hidup yang ditempuh
- Keraguan yang terus menghantui
- Tidak puas dengan pekerjaan yang dimiliki
- Merasa kalah rugi dan tidak berguna
- Tidak berdaya mengambil keputusan
- Menyesali dengan apa yang belum dilakukan
- Kesulitan dalam membuat pilihan dan prioritas
- Membandingkan pencampaian diri sendiri dengan orang lain.
Cara Mencegah Quarter life Crisis Dalan Pandangan Islam.
Dalam ajaran agama islam, seorang muslim berkewajiban untuk menimbang dan memperhitungkan segala segi sebelum melangkahkan kaki. Dikisahkan dalam surat at-Taubah ayat 50-51 Allah berfirman “Jika kamu mendapatkan sesuatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karena karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: “ sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi berperang)” dan menreka berpaling dengan rasa gembira., katakanla: “sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditentukan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindiung kami, dan hanyalah kepada Allah prang-orang yang beriman harus betawakah.” Dalam ayat pertama tersirat tentang keraguan untuk berperang, karena merasa bimbang dan cemas, kemudian dalam ayat selanjutnya dijelaskan mengenai jawaban atas keraguan bahwa Allah tidak akan memberi cobaan diluar kemampuan setiap hambanya.
Dalam perspektif psikologi islam memiliki memiliki beberapa cara untuk mencegah Quarter-life Crisis :
- Mencintai Diri Sendiri
Ketika sedang terjebak dalam quarte-life crisis, sesorang cenderung tidak memeprhatikan kenikmatan-kenikmatan yang sebenarnya telah dimilikinya, padahal untuk mencapai dalam hidup diperlukan rasa menghargai dan mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Sebagaimana dalam firman Allah dalam surat Luqman : 12
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
Artinya: Dan sesungguhnya kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu:”bersyukur kepada Allah, dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri: dan barangsiapa yang tidak bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya Allah maha kaya lagi maha terpuji.
Dengan demikian saat kita mensyukuri apa yang telah kita miliki maka kita juga telah bersyukur kepada Allah, dan tidak akan ada perasaan gelisah dan takut akan apa yang akan terjadi karena kita telah merasa cukup dengan apa yang telah diberikan Allah kepada kita.
- Al-Quran Sebagai Pedoman Hidup
Didalam al-Quran sudah dijelaskan sangat lengkap terkait bagaimana manusia menghadapi dunia ini. Manusia diciptakan melaui sebab dan tujuan yakni menyembah kepada Allah dan mengarahkan kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat untuk manusia lainnya. walaupun dalam setiap berbuat kebajika tidak selalu lancar jalanya namun Allah telah memberikan janji kepada kita bahwa dalam setiap kesulitan selalu ada kemudahan seperti pada penggalan surat al-Insyirah: 6
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya: Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
- Bentindak Tanpa Keraguan
Lakukan kegiatan-kegiatan postif, karena saat kita merasa ragu atas apa yang kita lakukan maka jadikanlah itu sebagai rintangan, yakinlah bahwa Allah adalah sebaik-baik perencana dan Allah maha mengatur atas segala sesuatu
وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Artinya: Dan Allahlah sebaik-baik membalas tipu daya. (ali-Imran:54)
- Mengoptimalkan Diri Dalam Kegiatan Positif
Dalam masa quarter-life, hendaknya kita mengoptimalkan diri dan menyibukkan dengan kegiatan yang bermanfaat agar bisa menuangkan ide-ide yang ada dalam pikiran kita seperti menulis, menggambar, dan lain sebagainya, dengan kita terus bergerak dengan kegiatan-kegiatan yang posif maka kita akan semakin banyak mendapatkan inspirasi-inspirasi untuk rancangan kedepan, dan kita tidak akan ragu dalam menjalaninya. Seperti penggalan firman Allah surat al-Isyra’: 7
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لأنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا,,,,,
Artinya: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri…”